Senin, 07 Mei 2012

Manusia sebagai Mahluk Berbudaya


Nama : Kurniawati Andari Putri
NPM   :54411047
Kelas  : 1IA09
Tema  : Manusia sebagai Mahluk Berbudaya
                         
BAB I
PENDAHULUAN

      1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena memiliki akal dan budi. Manusia sebagai mahkluk sosial juga menciptakan budaya mereka masing-masing sebagai ciri khas dan warisan turun-temurun. Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain.
Makalah ini membahas mengenai pengertian-pengertian dasar tentang manusia dan kebudayaan. Pada hakekatnya manusia sama saja dengan makhluk lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadarannya. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Letak perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam melahirkan sebuah kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang menciptakan dan memilkinya sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif. Atau yang kita bisa sebut sebagai insting.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.    Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen.
2.    Untuk mengetahui tentang Pengertian Warganegara dan Negara

BAB II
ISI
2.1 Teori
Pengertian Manusia Sebagai Mahluk Berbudaya
            “Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya”.

      2.2 Pengertian Budaya dan Kebudayaan
         Budaya adalah Daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
         Kebudayaan adalah Hasil dari cipta, rasa dan karsa

            Kebudayaan Berasal Dari Kata Sansekerta “Buddhayah“, yang merupakan bentuk jamak dari  kata “Buddhi” yang berarti  budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal”. Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah atau bertani). Dari asal arti tersebut yaitu “colere” kemudian “culture” diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam.

2.3 Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli
1.    Menurut E.B. Tylor (Primitive Culture)
                  Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,        kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta           kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota       masyarakat.
2.    Menurut R. Linton (The Cultural Background of Personality)
Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
3.     Menurut Melville J. Herskovits
Kebudayaan adalah “ Man made part of the environment “ (bagian dari lingkungan manusia)
4.    Menurut Dawson (Age of The Gods)
Kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life)
5.    Menurut J.V.H. Deryvendak
Kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu
6.    Menurut Prof Dr. Koentjaraningrat
“Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”.
7.    Menurut Menurut Ki Hajar Dewantara
“Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat”
8.    Menurut Sultan Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir
9.    Menurut Dr. Moh. Hatta
Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa
10. Menurut Mangunsarkoro
Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya
11. Menurut Drs. Sidi Gazalba
Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu
12. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi
“Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

2.4 Pengertian Kebudayaan Secara Umum
         kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia
         kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar dan kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan
1.        Discovery dan invention
               Discovery dan invention adalah pangkal tolak dalam studi mengenai pertumbuhan dan perubahan kebudayaan, karena hanya dengan proses inilah unsur yang baru dapat ditambahkan kepada keseluruhan kebudayaan manusia.
               Menurut Linton,  Discovery adalah setiap penambahan pada pengetahuan dan invention adalah penerapan yang baru dari pengetahuan.
               Basic invention
         Basic invention dapat diterangkan sebagi suatu peristiwa yang meliputi pemakaian prinsip baru atau kombinasi dari prinsip baru. Basic disini mempunyai arti, bahwa ia membuka kemungkinan akan adanya kemajuan dan menjadi dasar dari berbagai invention.
               Improving invention
         Artinya adalah memperbaiki penemuan yang telah ada
2.        Difusi kebudayaan
               Difusi kebudayaan adalah proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu individu ke individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
               Penyebaran dari individu ke individu lain dalam batas satu masyarakat disebut difusi intramasyarakat.
               Sedangkan penyebaran dari masyarakat ke masyarakat disebut difusi intermasyarakat.
               Difusi mengandung tiga proses yang dibeda-bedakan:
         Proses penyajian unsur baru kepada suatu masyarakat, Penerimaan unsur baru, Proses integrasi
3.        Akulturasi
               Redfield, Linton, Herskovits: Mengemukakan bahwa akulturasi meliputi fenomena yang timbul  sebagai hasil, jika kelompok – kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada kedua-duanya.
4.        Asimilasi
               Asimilasi adalah satu proses sosial yang telah lanjut dan yang ditandai oleh makin kurangnya perbedaan atara individu-individu dan anatar kelompok-kelompok, dan makin eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan dengan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.
               Faktor-faktor yang memudahkan asimilasi:
a.    Faktor toleransi
b.    Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang ekonomi
c.    Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain.
d.    Faktor perkawinan campuran

2.6 Metode Penulisan
            Tugas yang saya buat ini bersifat Kualitatif yang didalamnya menjelaskan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

 2.7 Studi Kasus

    
Budaya Mayarakat Toraja dalam Upacara Pemakaman
            Dalam budaya masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.
Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman. Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.
              
            Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.
            Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.


         


BAB III
PENUTUP
            Demikian yang dapat saya paparkan mengenai pemahaman Ilmu Sosial Dasar yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

            Semoga makalah ini bisa memberi edukasi kepada pembaca sekaligus memenuhi nilai tugas  mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (Soft Skill).



Sumber
images.totogarawangi.multiply.multiplycontent.com http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja#Upacara_pemakaman